Saya telah terlibat dalam banyak proyek iklim dan program keberlanjutan, tetapi Proyek Bali Women Climate Entrepreneurs (yang sekarang berkembang menjadi Inisiatif Matangi Bali) menjadi pengalaman yang menyentuh hati dan mendebarkan, tidak seperti yang lain. Diskusi tentang perempuan, iklim, dan kewirausahaan menjadi perjalanan yang membuka sudut pandang baru dan semangat pemberdayaan.
“Matangi” dalam bahasa Bali memiliki arti “bangun” dan menggambarkan esensi dari membangkitkan masyarakat Bali dan kesatuan penduduknya dengan alam. Inisiatif Matangi Bali bertujuan untuk mengembangkan pendekatan inovatif dan kewirausahaan untuk pertumbuhan yang berkelanjutan di Bali.
Ketika kita memikirkan tentang Bali, gambaran langit yang biru, laut yang memikat, dan arsitektur yang khas langsung terlintas di pikiran. Memang budaya Bali merangkul etos harmoni dengan alam. Kita bisa melihat dari warisan budaya yang kaya, dan nilai-nilai hidup yang mengakar di setiap aspek kehidupan masyarakatnya
Meskipun norma patriarki dan normalisasi bias gender terjadi di bali, dampak dari budaya dan identitasnya Bali pada ekonomi pariwisata banyak didorong dan dipengaruhi oleh perempuan. Perempuan Bali, yang memainkan peran penting dalam berbagai bidang kehidupan, baik dalam keluarga, usaha ekonomi, atau mempertahankan tradisi sering kali diabaikan. Budaya menempatkan tanggung jawab sepenuhnya pada bahu para ibu untuk menanamkan nilai-nilai seperti integritas moral, spiritualitas, dan kesadaran lingkungan pada generasi berikutnya.
Bagaimana para perempuan yang sangat mengakar pada nilai-nilai di masyarakat, tetapi terbatas oleh sistem patriarki yang kuat, dapat menavigasi jalan untuk mengembangkan kewirausahaan iklim? Ini adalah pertanyaan yang perlu dieksplorasi
Berikut adalah enam pembelajaran berharga yang telah membentuk pandangan saya tentang inisiatif ini.
1. Mengakui dan merangkul ketidakpastian
Pelajaran pertama dan paling penting yang saya pelajari adalah mengakui keterbatasan kita sendiri. Alih-alih menyerah pada prasangka, kami memilih kerendahan hati dan memilih untuk bertanya. Kami bertemu dengan perempuan pengusaha di mana mereka berada, dan melihat dunia melalui mata mereka. Memahami konteks dan nuansa budaya menjadi hal penting dalam menyesuaikan program kami dengan tantangan unik yang dihadapi perempuan di Bali.
2. Seni membentuk komunitas dan kolaborasi
Untuk mengatasi praktik budaya yang sangat melekat, kolaborasi dengan komunitas adalah kuncinya. Inisiatif Matangi Bali secara aktif memberikan kontribusi pada pertumbuhan komunitas dan mendengarkan masukan anggotanya. Dengan mengakui bahwa perubahan sosial adalah upaya kolektif, kami memberdayakan perempuan untuk mengambil peran kepemimpinan dan menantang status quo.
3. Menetapkan ekspektasi yang realistis
Menavigasi kerumitan lanskap patriarki Bali datang dengan tantangan. Menetapkan ekspektasi yang realistis menjadi hal penting. Tujuan kami adalah untuk mendorong pola pikir bahwa laki-laki dan perempuan mampu mencapai kesetaraan, dan bahwa kewirausahaan adalah upaya terbuka untuk kedua gender, dan selama beberapa generasi.
Budaya Bali telah mengadopsi prinsip-prinsip ekonomi sirkular. Namun, di tengah urbanisasi yang cepat dan perkembangan pariwisata, konsep-konsep ini tampaknya terabaikan. Tujuan kami adalah menyoroti potensi ekonomi yang belum dimanfaatkan yang melekat dalam prinsip-prinsip ini, mendorong berbagai kegiatan ekonomi di seluruh Bali. Dampak mendalam dari pandemi COVID-19, terutama dengan berhentinya pariwisata, telah menekankan urgensi ini.
Kami percaya kewirausahaan dapat menjadi katalisator utama bagi kebangkitan ekonomi di Bali. Meskipun jalan menuju kesuksesan mungkin akan penuh rintangan, komitmen untuk kemajuan tetap kuat.
4. Melampaui ‘preaching to the choir’
It’s not enough to preach to the perfect-sounding choir. Instead, we orchestrate concerts, inviting others to listen and sing along. Tidak cukup hanya berbicara kepada mereka yang sudah sepaham. Sebaliknya, kami menyelenggarakan diskusi terbuka, mengundang orang lain untuk mendengarkan dan bersuara bersama.
Memilih untuk menjadi seorang pewirausaha adalah jalur karier yang sering kali dianggap negatif oleh banyak orang Bali. Banyak individu menyatakan bahwa hal ini dapat menjadi perjalanan yang membuat mereka merasa kesepian, yang bisa menjadi penghalang untuk aktif berpartisipasi dalam upaya iklim. Hal ini berlaku terutama bagi para ibu yang mungkin hanya memiliki waktu untuk mengejar tujuan tersebut setelah semua orang tertidur.
Hal ini menimbulkan pengaruh negatif, misalnya rasa rendah diri yang mengakibatkan kurangnya semangat untuk bersaing, terutama di tengah bias terhadap produk dan layanan lokal dalam lingkungan yang sangat dipengaruhi oleh perspektif asing terhadap keberlanjutan yang sering kali dianggap lebih unggul atau bahkan ideal. Menciptakan ruang inklusif di mana suara yang beragam dapat didengar dan dihargai adalah kunci untuk membentuk lingkungan yang mendukung bagi perempuan pengusaha.
5. Menghormati hak perempuan
Kami membuka jalan untuk setiap perempuan agar dapat menentukan jalannya sendiri. Memberdayakan semangat kewirausahaan ini tidak hanya sebatas dorongan, tetapi ini tentang menghormati otonomi perempuan dan memberikan perempuan kendali untuk membentuk cerita sendiri. Bayangkan, perempuan yang harus menghadapi berbagai tanggung jawab, waktu yang terbatas, dan anggaran yang terbatas. Namun, di tengah tantangan ini, mereka tetap gigih, memprioritaskan kebutuhan orang lain sambil secara diam-diam menghadapi stigma ketidakpedulian lingkungan. Di daerah-daerah terpencil di Bali khususnya di bagian utara, masalah ekonomi menjadi prioritas, di mana penggunaan plastik adalah opsi yang paling ekonomis dan membantu tugas-tugas yang dilekatkan pada perempuan (tugas domestik), namun penggunaannya mencemari lingkungan.
Tahukah Anda Perempuan ‘dilekatkan’ pada tanggung jawab pendidikan pengelolaan limbah? bahu mereka terbebani oleh beban ekspektasi sosial.
Kisah-kisah ini menjadi dasar pemahaman kami dalam menjalankan inisiatif ini. Peran kami sederhana, akan tetapi penting, yaitu untuk berdiri di samping mereka, menawarkan dukungan sebaik mungkin, dan membantu menavigasi perjalanan kewirausahaan mereka dengan keyakinan dan ketahanan.
6. Bertemu di tengah
Dengan terus-menerus menganalisa program dan kebutuhan peserta, kami memastikan bahwa kami membuat perbedaan yang nyata dalam kehidupan perempuan pengusaha. Dampaknya tidak hanya sebatas kesuksesan ekonomi, melainkan juga transformasi personal, kepercayaan diri, dan rasa memiliki yang lebih dalam terhadap komunitas mereka.
Pada setiap lika-liku perjalanan, kami menghadapi berbagai tantangan. Ini adalah perjalanan yang membutuhkan kesabaran, empati, dan banyak kolaborasi. Terlepas dari tantangan-tantangan ini, kami tetap berkomitmen untuk responsif dan tangguh. Kami siap untuk mentransformasi wawasan yang didapat dari tingkat dasar ke solusi inovatif, memastikan bahwa kami selalu bertemu dengan mereka yang kami dukung.
Saat kami memulai fase kedua program ini, pembelajaran ini akan menjadi pendoman kami, mendorong kami menuju solusi inovatif lepas dari bias gender dalam sektor iklim di Bali.
__
Inisiatif Matangi Bali bertujuan untuk mengembangkan pendekatan inovatif dan kewirausahaan yang mendorong terciptanya lapangan kerja hijau, serta pertumbuhan ekonomi di Bali. Dengan memprioritaskan harmoni dengan alam dan memberdayakan beragam bakat lokal sebagai pemain utama, kami bertujuan untuk mengurangi risiko yang dirasakan akibat perubahan iklim dan meningkatkan ketahanan masyarakat. “Matangi”, yang memiliki arti “bangun kembali”, mewakili esensi dari revitalisasi kehidupan dan aktivitas masyarakat Bali yang selaras dengan alam semesta, sebagaimana yang diperagakan oleh para leluhur masyarakat Bali.
Inisiatif ini adalah diinisiasi oleh New Energy Nexus Indonesia yang merupakan bagian dari Koalisi Bali Emisi Nol Bersih bersama CAST Foundation, IESR & WRI Indonesia. Koalisi Bali Emisi Nol Bersih Didukung oleh Climateworks Foundation & ViriyaENB.