Berkarier di bidang Human Resource (HR) atau Sumber Daya Manusia selama kurang lebih 8 tahun, membekali Ika ahli di bidangnya. Memulai kariernya sebagai recruiter di perusahaan IT, Ika menjajaki tangga karier di berbagai lini HR, seperti talent management dan learning and development. Dalam satu tahun terakhir, Ika memiliki peran sebagai Human Capital Business Partner, yaitu first point of contact bagi para Line Managers untuk seluruh kebutuhan terkait Human Resources.
Di tahun 2020, Ika bergabung menjadi Mentor in Residence untuk mendukung startup yang tergabung dalam program akselerasi dan inkubasi New Energy Nexus Indonesia yang membutuhkan konsultasi terkait manajemen HR. Startup energi bersih pertama yang menjadi menteenya adalah Powerbrain, “Saya ingat pada pertengahan tahun 2020, saat pandemi COVID-19 melanda, saya melihat peluang ini (menjadi Mentor in Residence untuk startup energi bersih) datang dari tim New Energy Nexus Indonesia. Saya percaya, kesempatan itu datang saat kita sudah siap menerima, sehingga saya pun tergerak untuk mencoba”. Ika menyampaikan, belajar adalah salah satu kesenangannya. Karena terus mencari hal yang bisa ia pelajari, membagi pengetahuan atau berbagi pengalaman menjadi ketertarikan yang secara natural datang mengikuti, “salah satu kesenanganku adalah mempelajari hal baru. Di saat aku punya banyak kesempatan untuk belajar, di situ membuat aku tertarik juga untuk membagi apa yang aku ketahui,” ujarnya.
Ika menyampaikan, ada kepuasan tersendiri yang ia dapatkan saat melihat startup founders ataupun C-level yang menjadi mentee nya belajar banyak hal terkait manajemen HR. Inipun menjadi proses dua sisi baginya. Di mana ia membagikan pengetahuan yang ia tahu, namun di sisi lain, ia juga belajar banyak hal tentang kiat dan praktik HR dalam perusahaan dengan tim yang berisikan 3, 5, 10 orang atau tim yang lebih kecil dari dunia korporasi yang ia geluti.
Dalam 2 tahun terakhir, Ika telah membantu 5 startup energi bersih. Powerbrain, Leastric, Enermo, Enerma, dan Sealog. “Bersama dengan Powerbrain, saya masih menjalani hubungan baik. Dalam beberapa waktu saya membagikan informasi yang saya kira bermanfaat untuk perkembangan Powerbrain, ataupun kesempatan fundraising yang mungkin bisa dicoba. Tim Powerbrain pun beberapa kali memberikan info perkembangan startupnya atau mengajukan pertanyaan ke saya via email.” ujarnya. “Saya pun salut dan nggak nyangka, kalau startup founders ini masih muda-muda. Masalah yang mereka alami pun beragam. Namun yang saya lihat, para founders ini beruntung karena bisa belajar people management dari tahap awal – saat timnya belum besar. Sehingga ke depannya mereka bisa memitigasi permasalahan-permasalahan yang perlu diatasi, saat timnya tumbuh besar”.
Kepada para startup founders, ada beberapa hal fundamental yang menurut Ika perlu diperhatikan terkait HR, “yang pertama, startup founders perlu tahu tentang regulasi. Karena usaha yang sudah berbadan hukum seperti PT, perlu mengikuti aturan pemerintah. Misalnya terkait peraturan lembur, pemutusan hubungan kerja, dan hal-hal dasar lainnya. Jangan sampai pengambilan keputusan menyalahi hukum dan berakibat kerugian finansial nantinya,” ujar Ika.
“Yang kedua, bangun kultur perusahaan di mana pekerjanya bisa nyaman dan senang untuk melakukan pekerjaanya. Percayalah, ketika pekerja merasa happy, mereka akan memberikan yang terbaik dan hal ini bisa meminimalisasi tingkat turnover yang tinggi. Melakukan rekrutmen terus-menerus akan membuang waktu dan biaya yang tinggi,” Tambah Ika. Beberapa tips yang Ika sarankan adalah membangun budaya kerja yang agile namun tetap punya pakem-pakem aturan, sehingga tim dapat bekerja dengan efisien dan efektif namun juga bisa fleksibel dalam mengaplikasikan cara kerja yang membuat mereka nyaman.
Di akhir sesi wawancara bersama Ika, ia pun membagikan tips untuk membangun perusahaan yang menerapkan inklusifitas, menghargai perbedaan dan memberikan kesempatan yang setara sebagai bagian dari budaya perusahaan. Secara general, founders dan existing team perlu punya pemikiran yang terbuka, untuk memastikan kita bisa menerima dan mengakomodasi perbedaan, dan mengesampingkan preferensi personal, untuk mencapai tujuan kolektif. Kita perlu mengakui bahwa setiap orang punya latar belakang dan kebutuhan yang berbeda, sehingga kita perlu memahami dan mengakomodasi hal tersebut, agar diskriminasi bisa diminimalisasi. Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan, khususnya dalam rekrutmen adalah mempunyai indikator yang objektif, sehingga penilaian terhadap pelamar ke perusahaan dapat dilakukan dengan se-objektif mungkin, tanpa bias gender dan bias lainnya. “Selain itu, rekrutlah orang yang culturally fit dengan value perusahaan sehingga dapat bersama-sama membangun budaya kerja yang sinergis. Keterbukaan dan keberagaman perlu terus dibentuk.” ujar Ika di akhir sesi.
Mentor in Residence adalah salah satu metode pengembangan kapasitas untuk startup founders dan C-level yang tergabung dalam Smart Energy Program oleh New Energy Nexus Indonesia. Saat ini, New Energy Nexus Indonesia sedang membuka Cohort 4, batch terakhir di tahun ini untuk program inkubasi dan akselerasi. Dapatkan kesempatan untuk kembangkan kapasitas tim startup mu dalam bidang HR, Marketing, ataupun legal, sesuai dengan kebutuhan startup mu bersama Mentor in Residence. Daftarkan inovasi atau startup mu di newenergynexus.id/apply
1 Comment