Sinergi antara Pemerintah dan Mahasiswa dalam Membangun Jawa Timur menuju Provinsi Berkelanjutan

Dalam menghadapi masalah iklim yang terjadi di seluruh belahan dunia, Indonesia telah menargetkan untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060. Dalam mencapai target tersebut, kaum muda memegang peran vital dalam menentukan masa depan iklim di Indonesia, salah satunya melalui pembuatan kebijakan yang mendukung. Menurut United Nations, sekitar 70% dari partisipasi politik di dunia dilakukan oleh Kaum muda, yang menunjukkan potensi besar mereka dalam menggerakkan perubahan. Di Indonesia, Indikator Politik Indonesia menemukan bahwa 82% kaum muda Indonesia memiliki kepedulian terhadap isu iklim. Berdasarkan potensi ini, New Energy Nexus Indonesia berinisiatif untuk menyelenggarakan NEX STEP XChange kedua, dengan target kaum muda di Jawa Timur.

Berkolaborasi dengan kegiatan FUTUREST 2024 dari Society of Renewable Energy ITS (SRE ITS), New Energy Nexus menyelenggarakan NEX STEP XChange yang terdiri dari Policy Debate Competition dan Policy Workshop. Policy Debate Competition kali ini mengusung tema “Sinergi antara Pemerintah dan Mahasiswa dalam Membangun Jawa Timur menuju Provinsi Berkelanjutan/Hijau” dengan empat sub tema, yaitu Energi Bersih dan Terjangkau, Teknologi Hijau, Transisi Energi, serta Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan. 

Kompetisi Policy Debate ini berhasil menarik 13 tim dari berbagai universitas di Jawa Timur, seperti Institut Teknologi Sepuluh Nopember dan Universitas Airlangga. Peserta kompetisi debat perlu melewati 2 babak yang diselenggarakan secara daring, sebelum akhirnya terpilih sebagai 4 tim terbaik yang berkompetisi pada babak semifinal dan final secara luring di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 8 Juni 2024. Melalui kompetisi ini, peserta diharapkan dapat menyusun serta menyampaikan argumen berdasarkan kondisi dan potensi energi yang dimiliki oleh Provinsi Jawa Timur, baik dari aspek teknis maupunsosial, secara relevan dan dalam waktu yang terbatas.

Empat pemenang kompetisi tersebut adalah Tiga Serangkai dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (Juara 1), KROPOK dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (Juara 2), Dharmawangsa Tua dari Universitas Airlangga (Juara 3), Golden Dawn dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (Juara 4), dan best speaker diraih oleh Najwa Latifah dari Universitas Airlangga.

“Orang Indonesia bahkan untuk jarak 500 meter lebih memilih menggunakan kendaraan bermotor”. Tim Dharmawangsa Tua menyoroti  realita yang terjadi di masyarakat, dan menuntut perbaikan segera melalui kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam implementasi kebijakan di Provinsi Jawa Timur yang lebih ramah lingkungan.

“Kompetisi ini menjadi hal baru bagi kami yang memiliki latar belakang teknik. Selain itu, karena topiknya mengenai energi terbarukan hal ini menjadi menantang.” Tambah tim Tiga Serangkai.

Bertepatan dengan final kompetisi debat, New Energy Nexus Indonesia dan Futurest 2024 SRE ITS juga menyelenggarakan Policy Workshop dengan tema “Dive Into the World of Sustainable Policies in East Java’s Province”. Policy workshop ini diramaikan oleh Rendy Herdijanto, Kepala Bidang Energi Dinas ESDM Jawa Timur, Isniyatus Sholikhah, Analis Bidang Energi Dinas ESDM Jawa Timur, dan Enda Grimonia selaku Policy Analyst Manager New Energy Nexus Indonesia.

Kedua perwakilan Dinas ESDM Jawa Timur menyampaikan tentang lanskap energi di Jawa Timur beserta berbagai peluang dan tantangan yang dihadapi dalam melakukan transisi energi di Jawa Timur. Selain itu, Dinas ESDM Jawa Timur juga menjabarkan potensi peran kaum muda sebagai regulator sektor energi di masa depan. Oleh sebab itu, partisipasi aktif dari kaum muda  dalam mengawal transisi energi di Jawa Timur sangat dibutuhkan. 

Setelah itu, Enda Grimonia menjelaskan proses pembuatan kebijakan yang mendukung transisi energi serta tindakan kaum muda yang dapat berpartisipasi dalam mendukung proses penyusunan kebijakan transisi energi. Selain itu, Enda juga memperkenalkan beberapa kerangka kerja yang dapat digunakan dalam menganalisis kebijakan.

“Kegiatan ini diharapkan menjadi ajang pembelajaran bagi para mahasiswa untuk terus menumbuhkan inovasi dari perguruan tinggi dan dapat diimplementasikan di daerah-daerah lain di Jawa Timur,” Imbuh Rendy Herdijanto.

“Acara ini juga menjadi wadah komunikasi antara pemuda dan stakeholder, terutama mahasiswa. Kami juga berharap acara ini dapat terselenggara lebih banyak lagi dimana dapat menjadi tempat teman-teman  bertukar pikiran untuk mendukung transisi energi dan net zero emission.” tambah Isniyatus Sholikhah. 

Dalam sesi kedua, Enda Grimonia menjelaskan proses pembuatan kebijakan yang mendukung transisi energi serta bagaimana kaum muda dapat berpartisipasi dalam mendukung proses penyusunan kebijakan transisi energi. Selain itu, Enda juga memperkenalkan beberapa kerangka kerja yang dapat digunakan dalam menganalisis kebijakan.

Selain menghadirkan presentasi mengenai kebijakan energi, Policy Workshop ini juga memberikan hands-on experience kepada pesertanya melalui aktivitas praktis berupa Stakeholder Analysis. Pada Policy Workshop ini, para peserta dibagi kedalam beberapa kelompok untuk melakukan analisis pemangku kepentingan terkait studi kasus berdasarkan isu energi di Jawa Timur, yaitu rencana pemensiunan dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Paiton. Diskusi analisis pemangku kepentingan pada setiap kelompok didampingi oleh fasilitator, sebelum akhirnya para peserta mempresentasikan hasil analisisnya di depan peserta lain dan dinilai oleh perwakilan dari Dinas ESDM Jawa Timur.

Dua kelompok yang mempresentasikan terkait stakeholder analysis untuk studi kasus Pensiun Dini PLTU Paiton menyampaikan analisis yang cukup menarik. Salah satunya disampaikan oleh Miftahul Rizqi Az-Zamzami, mahasiswa Universitas Airlangga  mengenai perspektif masalah dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan pemerintah sebagai salah aktor dalam studi kasus ini.  

“Dalam rangka pencapaian target NZE 2060, kekosongan supply energi saat masa transisi energi sangat dimungkingkan terjadi. Hal ini dapat menyebabkan potensi kerugian  perusahaan menjadi sangat besar. Kontribusi yang dapat dilakukan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) yaitu dapat menjadi penanggungjawab pengelolaan infrastruktur distribusi EBT”, ujar Miftahul Rizqi Az-Zamzami, mahasiswa Universitas Airlangga.

“Menarik juga apabila kita melihat dari sisi Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (pemerintah) yang memiliki keperluan untuk memenuhi dokumen hijau yang dihubungkan dengan EBT. Kita lihat persepsi masalahnya dari dominasi industri yang bergerak di sektor energi ekstraktif, ketergantungan terhadap energi fosil masih masif terjadi akibat industri hijau yang tergolong mahal. Kemenperin dapat melakukan shifting industri yang masih berada di sektor ekstraktif (fosil) ke industri.”

Acara Policy Workshop melibatkan 30 kaum muda dari berbagai daerah dan latar belakang seperti beberapa universitas di Jawa Timur seperti Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Airlangga, dan Universitas Pembangunan Nasional Jawa TImur (UPNVJ), serta beberapa peserta lomba Futurest 2024 dari Telkom University, Institut Pertanian Bogor, dan Universitas Gajah Mada. Salah satu peserta dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember, mengungkapkan bahwa Policy Workshop ini menjadi wadah bertemunya para pemuda yang memiliki ketertarikan yang sama dan mempelajari berbagai hal dalam isu transisi energi, khususnya kebijakan energi. 

“Harapan kedepannya semoga makin banyak workshop seperti ini, tidak hanya kaum muda tapi kalau bisa ke berbagai pihak sehingga lebih banyak yang aware dengan percepatan kebijakan terkait dengan transisi energi. Hari ini belajar tiga hal,  yaitu mengenai bagaimana cara menyusun kebijakan energi, gimana caranya memahami perspektif dari masing-masing stakeholder yang berkaitan dengan transisi energi, dan mempelajari data-data bauran energi baru terbarukan (EBT) di Jawa Timur”, ujar Disya Salsabilah, Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember. 

 

Comments are closed