Memantik kepemimpinan iklim daerah melalui integrasi aksi dan inovasi

Bali menargetkan emisi nol bersih pada tahun 2045, 15 tahun lebih cepat dari target nasional Indonesia di 2060. Ambisi ini menempatkan Bali sebagai pionir kepemimpinan iklim daerah di Indonesia. Dalam salah satu sesi Forum Nasional, yang menjadi bagian dari rangkaian acara Pekan Iklim Bali, digelar panel diskusi bertema “Bali sebagai Inspirasi: Memantik Kepemimpinan Iklim Daerah melalui Integrasi Aksi dan Inovasi”.

Panel ini menyoroti peran kolaborasi lintas sektor, pentingnya regulasi yang progresif, serta inovasi komunitas sebagai kunci mendorong kepemimpinan iklim daerah.

Aksi konkret Bali: Dari sampah hingga energi bersih

I Made Rentin, Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Bali, menegaskan komitmen pemerintah daerah melalui kebijakan Gerakan Bali Bersih Sampah (SE 09/2025) yang melibatkan 13 sektor, serta Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Program ini mendorong pemilahan sejak sumber, pengolahan organik melalui teknologi composting, hingga penerapan sistem reward and punishment bagi masyarakat.

“Pengelolaan sampah tidak cukup hanya dengan regulasi, tetapi perlu ada insentif bagi masyarakat yang patuh dan sanksi bagi yang abai. Implementasi nyata adalah kunci untuk solusi yang berkelanjutan,” ujar Rentin.

Sementara itu, Ni Luh Djelantik, Anggota DPD MPR RI Provinsi Bali, menekankan bahwa kebijakan harus dekat dengan masyarakat agar perubahan perilaku bisa berjalan lebih efektif.

Roadmap energi bersih: Antara potensi dan tantangan

Prof. Ida Ayu Dwi Giriantari, Kepala CORE Udayana, memaparkan roadmap dekarbonisasi sektor energi hingga 2045, dengan energi surya sebagai pilar utama. Namun, keterbatasan lahan menjadi tantangan serius karena pembangunan PLTS skala besar memerlukan ruang luas. Solusinya, Bali perlu mempercepat adopsi PLTS atap, khususnya di sektor pariwisata yang konsumsi energinya tinggi.

Fabby Tumiwa, Direktur Utama dan CEO Institute for Essential Services Reform (IESR), mengingatkan bahwa transisi energi harus berlangsung secara adil. Pemanfaatan energi panas bumi misalnya, memiliki potensi besar tetapi menimbulkan sensitivitas sosial-budaya yang perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan konflik.

Pariwisata berkelanjutan sebagai motor perubahan

Seiring meningkatnya minat wisatawan terhadap destinasi hijau, pariwisata Bali dinilai dapat menjadi motor besar energi bersih.

“Pariwisata Bali bisa jadi motor besar untuk energi bersih, terutama melalui PLTS atap di hotel, villa, dan restoran. Tapi untuk itu, kita butuh kerangka regulasi yang jelas, sederhana, dan konsisten,” ujar Suzy Hutomo, Founder Ecotourism Bali.

Menghubungkan forum dengan aksi nyata di komunitas

Diskusi di tingkat nasional memberi arah kebijakan, tetapi perubahan nyata hanya akan terwujud jika dijalankan di akar rumput. Di sinilah New Energy Nexus Indonesia turut berkontribusi melalui pengembangan Inisiatif Matangi di Bali sejak 2023.

Berakar dari nilai Bali Matangi—yang berarti bangkit—program ini menghidupkan kembali hubungan simbiotik antara komunitas dan alam, sekaligus mendorong inovasi kewirausahaan berkelanjutan yang berakar pada budaya Bali.

Kami percaya perempuan dan kaum muda adalah agen perubahan kunci. Melalui pelatihan praktik berkelanjutan, akses teknologi energi bersih, mentoring, dan jejaring, mereka didorong untuk melahirkan solusi bisnis yang tidak hanya berdampak ekonomi, tapi juga ramah iklim.

“Melalui Inisiatif Matangi, kami ingin memastikan bahwa perempuan dan kaum muda Bali tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga penggerak utama dalam transisi energi bersih. Kami hadir untuk mendukung mereka dengan kapasitas, akses, dan jejaring yang dibutuhkan,” — Renaldo Sutjiady, Program Manager New Energy Nexus Indonesia

Selain itu, Inisiatif Matangi berusaha membangun ekosistem yang inklusif dengan melibatkan kaum muda, jurnalis, tokoh masyarakat, hingga pembuat kebijakan. Kolaborasi lintas sektor ini memperkuat Bali sebagai pusat inovasi energi bersih di Indonesia.

Mewujudkan Transisi dari Atas ke Akar Rumput

Panel diskusi dalam rangkaian Forum Nasional Pekan Iklim Bali mengingatkan bahwa kepemimpinan iklim daerah bukan sekadar wacana, melainkan aksi nyata yang terintegrasi dengan inovasi. Dari regulasi yang berpihak, roadmap energi yang ambisius namun realistis, hingga pariwisata berkelanjutan dan wirausaha iklim yang inklusif—Bali telah menunjukkan bahwa jalan menuju masa depan hijau bukan hanya mungkin, tapi juga menguntungkan.

Di sisi lain, melalui Inisiatif Matangi, New Energy Nexus Indonesia memperlihatkan bagaimana gagasan besar itu dijalankan di tingkat komunitas. Dengan semangat Matangi, Bali tidak hanya bangkit untuk dirinya sendiri, tetapi juga memberi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia untuk bergerak bersama menghadapi krisis iklim. 


Tentang Inisiatif Matangi Bali 

“Matangi” dalam bahasa Bali memiliki arti “bangun”, mencerminkan esensi menghidupkan kembali nilai kehidupan masyarakat Bali, kehidupan yang menyatu dengan alam. Matangi Bali Initiative adalah inisiatif yang bertujuan untuk menciptakan inovasi dan wirausaha solusi iklim untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan di Bali. Perjalanan kami di Bali dimulai pada tahun 2022 melalui Bali Women Climate Entrepreneur Project.

Inisiatif ini diinisiasi oleh New Energy Nexus Indonesia sebagai bagian dari Koalisi Bali Emisi Nol Bersih dengan CAST Foundation, IESR & WRI Indonesia. Koalisi Bali Emisi Nol Bersih didukung oleh Climateworks Foundation & ViriyaENB.

Penulis: Nasywa Makarim

Kredit Foto: Memora Productions

Comments are closed